Full width home advertisement

Travel the world

Climb the mountains

Post Page Advertisement [Top]


inikampusiana - Debat kandidat di hadapan publik sangat penting  dilaksanakan mengingat negara kita menganut sistem demokrasi. Semua perihal tentang pemilihan umum harus tersosialisasikan dengan baik tanpa ada sebagian pihak yang dicekal kebebasan informasinya.

Tidak hanya dalam ruang lingkup pemilihan umum kepala daerah, gubernur maupun presiden. Debat kandidat dalam ruang lingkup demokrasi kampus pun  memang seharusnya diterapkan.

Kampus IAIN Pontianak telah melaksanakan hal itu. Beberapa tahun sebelumnya momentum demokrasi pemilihan ketua Dema (Dewan Eksekutif Mahasiswa) selalu menyelenggarakan debat kandidat di hadapan publik dalam hal ini mahasiswa dan seluruh civitas akademik. Baik itu Dema institut maupun Dema fakultas.

Senin 10 April 2018 akan dilaksanakan debat kandidat memilih ketua Dema Fakultas Ushuludin Adab dan Dakwah (FUAD) untuk periode selanjutnya. Seperti informasi yang tersebar, sudah ada dua pasangan calon yang siap berkompetensi merebut kursi nomor satu Dema FUAD.

Namun yang terpenting dari hal tersebut, mahasiswa IAIN Pontianak khususnya, harus bisa mendengarkan visi dan misi calon tersebut. Apa prospek masing-masing calon, apa yang akan mereka perbuat untuk FUAD yang lebih maju dan membaik.

Ada beberapa hal yang sekiranya perlu dipertanyakan kepada kandidat itu. Pertama, bagaimana ketua Dema Fuad terpilih nanti dapat menyelesaikan problem klasik yang menyiksa mahasiswa. Misalnya, bagaimana tindakan ketua Dema untuk memastikan mahasiswa Fuad telah mendapatkan alamamater mereka. Karena masih banyak dari mahasiswa yg belum merasakan hangatnya kain biru itu.

Kemudian, polemik ruang kelas Fuad yang menjadi batu sandungan bagi mahasiswa harus tetap dibahas. Kerap kali mahasiswa Fuad tergusur. Semenjak  bangunan fakultas dirobohkan, perkuliahan dipindahkan di Tower A, Syaifudin Zuhri. Namun tak berselang lama, hanya sekitar setahun. Setelah Tower B rampung, mahasiswa FUAD kembali terusir. Sistem baru diberlakukan. Tower A diperuntukan fakultas Tarbiyah, Tower B bagi mahasiswa fakultas Syariah. Sedangkan miris untuk mahasiswa fakultas Dakwah, mereka dipindahkan ke gedung Syariah lama.

Kebijakan ini sebetulnya tidak menjadi masalah. Sebab, pihak elite kampus mesti sudah mempertimbangkan keputusan ini dengan sebaik-baiknya. Namun ternyata problem menyeruak masuk. Banyak dari mahasiswa mengeluhkan ruang kelas yang minim. Mereka tidak kebagian ruangan kelas yang memadai. Sehingga, sistem pinjam kelas, tumpang tindih pemakaian kelas tak dapat dielakkan.

Belum lagi fasilitas dalam kelas yang serba kurang. Berbanding terbalik dengan penyampaian di dalam brosur kampus. Kelas full AC, kipas angin, lcd proyektor, free WiFi, yang hanya dapat dikeluhkan lewat farse "katanya".

Masih banyak polemik lain yang menjadi pekerjaan rumah Ketua Dema untuk diperbaiki. Bagaimana mengonsep program yang dapat membawa FUAD menjadi terdepan. Membantu mewujudkan visi dan misi FUAD yang begitu mulia.

Penulis : Imam Maksum

No comments:

Post a Comment

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib