Full width home advertisement

Travel the world

Climb the mountains

Post Page Advertisement [Top]



Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Imam Maksum

Tribunpontianak.co.id , Mempawah —Astoby (20) harus menerjang deras hujan, Selasa, (13/7/2021) pukul 22.30 WIB saat mendengar suara gemuruh dari kejauhan. Di tengah gelapnya hutan, Ia menemui Robi, warga dusun Belado, Desa Kepayang, Anjongan yang sedang tertidur di pondok durian tak jauh dari camp.

“Suara gemuruh pak Robi,” kata Astoby anggota Mapala Enggang Gading IAIN Pontianak itu.

Robi terbangun dan berkata kepada Astoby bahwa di sini aman karena suara gemuruh masih terdengar jauh. “Camp kita tidak berada di dekat alur air dan jauh dari ranting-ranting pohon,” ujar Robi.



Astoby pun kembali ke camp menemui delapan anggota Mapala IAIN Pontianak yang masih tertahan di tengah deras hujan. Sembilan anggota mapala tersebut sedang mengikuti kegiatan pendidikan lanjut di bukit Loncek Anjongan 12-14 Juli 2021.

“Gruuhhhhh,” suara gemuruh susulan itu terdengar nyaring di telinga Astoby. Bahkan seluruh anggota lain mendengarnya.

Kepanikan anggota mapala itu kian memuncak. “Tenang dulu kawan-kawan jangan cepat panik,” ujar Kijang, anggota pendamping Mapala IAIN, menenangkan anggotanya.



Namun suara gemuruh itu kian panjang terdengar. Bau tanah kian menusuk hidung para anggota Mapala itu. Sontak, Astoby dan anggotanya cepat melakukan evakuasi.

Hanya membawa peralatan yang melekat di badan, anggota Mapala bersama Robi membelah jalur evakuasi. Jalur yang tidak pernah dilalui oleh anggota Mapala sebelumnya.

“Jalur evakuasi ini kami mengikuti pak Robi, dia yang lebih tahu, itu jalur warga biasa mencari durian,”ujar Astoby kepada Tribun Pontianak Kamis, (15/7/2021).

Di tengah derasnya hujan, Selasa (13/7/2021) Robi dan sembilan anggota mapala mengandalkan sinar lampu di kepala untuk sampai ke pemukiman dusun Belado. 

Dari ketinggian 290 mdpl tempat mereka ngecamp, Roby dan sembilan anggota mapala tiba di rumahnya. Tengah malam itu, sembilan anggota mapala menumpang berisitirahat di rumah Roby.

“Kami menelpon teman-teman di Pontianak untuk segera datang ke sini (anjongan) membawakan pakaian ganti,” ucap Astobi.

Malam itu Astoby dan delapan anggotanya terpaksa tidur dengan pakaian basah.

***

Menurut ketua Mapala Enggang Gading IAIN Pontianak, Ida, kegiatan pelatihan lanjut tersebut dilaksanakan selama tiga hari. Namun mendengar kabar anggota sedang darurat maka kegiatan tidak dapat dilaksanakan sampai akhir.

Sebelumnya, pada Senin (12/7/2021) sudah terlaksana kegiatan sosialisasi di dusun Belado. Kemudian pada Selasa dilaksanakan Rock Climbing di Tebing Bukit Loncek. Namun kegiatan Rock Climbing terhenti karena hujan deras yang turun Pukul 11.30 WIB.

Ida baru bisa menemui anggota Mapala IAIN pada Rabu (14/7/2021) dengan membawa pakaian bersih serta beberapa makanan.

Akibat hujan deras yang mengguyur hingga subuh, Bukit Loncek, Anjongan longsor pada Selasa, (13/7/2021).

“Ada sekitar empat titik longsor berbeda di bukit itu,” ujar Astoby.

Longsor bukit loncek tidak memakan korban jiwa namun tanah yang terbawa air hujan itu sampai masuk ke pemukiman dusun Belado.

Astoby mengatakan setelah memastikan peralatan yang tertinggal di camp aman, kami bergotong royong membersihkan sisa sisa tanah yang masuk ke pemukiman.

“Tanah-tanah itu sampai ke sawah, masuk ke halaman rumah,” kata Astobi.

*Jangan lupa tinggalkan komentar dan bagikan.

No comments:

Post a Comment

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib