Full width home advertisement

Travel the world

Climb the mountains

Post Page Advertisement [Top]


Seorang wanita duduk di kursi Taman Catur Universitas Tajungpura.

Hari sudah sore. Langit memberikan isyarat senja dengan warna yang perlahan menjingga. Awan-awan bergeser searah dengan mata angin. Hari itu, Senin di awal April, cuaca sangat cerah di Kota Pontianak. Tidak ada petanda hujan akan datang. Meskipun sesekali awan berkumpul, berubah menjadi sedikit lebih gelap. Namun seketika angin menghembusnya, awan pun bubar, bercerai berai.

Susana kampus hari itu tampak sibuk. Beberapa mahasiswa mulai berkeluaran dari kelas. Jam mata kuliah barangkali sudah selesai. Mereka pulang ke rumah masing-masing. Ada yang menggunakan sepeda motor, ada juga yang mengendarai mobil.

Oh iya aku tengah bersiap untuk pergi sore itu. Bersama beberapa orang teman sekelasku di jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) IAIN Pontianak. Kami mendapat tugas untuk melakukan liputan di sebuah taman Kota Pontianak. Kata dosen, kami bebas memilih taman mana yang ingin dijadikan objek liputan. Lalu jauh-jauh hari kami sepakat untuk berkunjung ke Taman Untan (Universitas Tanjungpura).

Waktu terus berjalan, kami berempat berangkat menuju taman Untan. Kami menggunakan dua sepeda motor. Motor pertama dikendarai Rian dengan membonceng Maulio, mereka berdua temanku. Motor satunya dikendarai Zuhdi dan duduk di belakangnya Aku.

Aku dan teman-teman menyusuri jalan Ahmad Yani Pontianak. Kondisi jalan saat itu agak ramai. Mungkin banyak pengendara yang baru pulang dari kantornya. Mulai dari mobil, motor, becak sekalipun turut memenuhi badan jalan.

Kurang lebih 10 menit jarak dan waktu yang kami tempuh. Setelah melewati padatnya jalanan kota, ramainya pengendara, akhirnya kami pun tiba di taman Untan. Hati kami senang, karena bisa selamat sampai tujuan.

Di area parkir taman, sudah tampak puluhan sepeda motor yang dibaris rapi. Begitu juga dengan area taman, pengunjung begitu ramai. Beberapa di antara pengunjunga ada yang duduk di sebuah gazebo. Ada juga yang menikmati udara sore di sebuah kursi taman. Sebagian ada yang bermain skateboard, basket. Kebanyakan dari mereka adalah kalangan remaja.

Kami berjalan menyusuri taman. Sembari mencari-cari tempat yang pas bagi kami untuk berdiam diri. Duduk sembari menikmati indahnya sore hari. Salah satu kursi taman terlihat kosong dipandangan kami. Akhirnya kami memutuskan untuk istirahat sejenak di kursi itu. Kursi itu tepat dibawah pepohonan rindang. Di belakangnya ada sebuah bangunan berbentuk lingkaran. Diameternya kira-kira enam meter.

Aku merasakan udara yang segar. Sambil memperhatikan orang-orang di sekeliling, aku menikmati indahnya taman sore itu. Maskipun taman itu terletak tidak jauh dari bahu jalan. Setidaknya rasa bosanku terobati setelah berkunjung ke taman itu.

Di taman itu aku bertemu dia yang kupanggil Nuraida. Awalnya aku melihatnya tengah duduk sendiri di kursi taman, tepat di depan ku. Sambil melihat hp yang tak pernah lepas digenggamannya, ia tampak sedang berbalas chat dengan seeorang. Ntahlah siapa orangnya. Aku tidak peduli. Tidak terlalu penting mencari tahu siapa yang ia hubungi, pikirku dalam hati.

Karena terlalu lama ia asik sendiri, aku pun menghampirinya. Aku permisi dan memohon izin untuk duduk di sampingnya. Di dekatnya, di sebelah kirinya, tidak begitu dekat. Ternyata ia orang yang ramah, ia mempersilahkan ku duduk bersamanya. Ia yang akan kusebut Nuraida di lanjutan cerita ini.

Wanita bernama Nuraida itu adalah mahasiswa jurusan Akuntasi di Politeknik Negeri Pontianak (Polnep). Katanya, ia sedang menunggu teman sekelasnya. Tebakan ku betul rupanya.

Gadis remaja berusia 19 tahun itu mengaku senang berkunjung ke taman Untan. Menurutnya taman Untan ini memiliki konsep yang menarik dan berbeda dengan taman lain. “Taman ini bagus karena bisa kita lihat dari fasilitas yang disediakan disini. Kita pun bisa menilai dari banyaknya jumlah pengunjung yang datang ke taman ini,” kata Nuraida.

Namun di balik tengah hitsnya taman catur ini masih terdapat minus yang dipandang oleh pengunjung. Seperti penuturan Nuraida misalnya. Ia mengaku bahwa minus di taman Untan ini yaitu kebersihan yang masih belum terjaga. “Sudah bagus konsepnya, tapi pengunjung di sini saya rase kurang  memperhatikan kebersihan. Pengunjung cenderung suka membuang sampah sembarangan. Padahal sudah disediakan beberapa tong sampah,” kata Nuraida.

Dibandingkan dengan taman lain yang ada di Pontianak, Nuraida mengaku taman Untan ini lebih bagus dari taman lainnya. “Karena dapat dilihat dari ramainye pengunjung yang datang ke sini, pengunjung di taman ini lebih ramai,” ucap Nuraida sambil menengokkan pandangan ke kiri dan kanan

Gadis Remaja berbaju hijau dengan jilbab merah itu mengatakan bahwa dirinya sering ke taman tersebut. “Biase saye ke sini tu saat tak ade jam kuliah, maksudnye kalo lagi dak ade dosen,” tuturnya sambil tersenyum.

Selain dekat dengan kampusnya, Polnep, Nuraida mengatakan bahwa ia sering berkunjung hanya sekadar pengisi waktu kosong. “Ya sambil menikmati udara segar bah,” kata Nuraida. . Selain berkunjung saat jam kuliah kosong, Nuraida juga kerap kali berkunjung dengan keluarganya, orang tua, bahkan temannya.

Menurut Nuraida keberadaan taman catur yang tak jauh dari Polnep memberikan pengaruh bagi mahasiswa polnep sendiri. “Kawan –kawan polnep kebanyakan memilih mengisi waktu kosong kuliah  untuk berkunjung ke taman ini. Tapi kalo ada jam kuliah yang tak mungkin ke sini lah,” kata Nuraida.

Menurut nuraida beberapa fasilitas yang telah tersedia di taman ini sudah cukup lengkap. “Ada WC, gazebo, tempat duduk, spot foto, fasilitas bermain untuk berbagai kalangan. Seperti track skate board, lapangan basket, dan yang paling modern yaitu adanya Perpustakaan online,” tambahnya.

Sementara itu, dengan adanya perpustakaan online, Nuraida merasa sebuah fasilitas yang bagus. “Karena bisa menambah minat pengunjung, untuk datang ke sini menambah wawasan,” tuturnya.

Dia berharap semoga Pontianak bisa lebih maju dengan potensi wisata, salah satunya dengan keuunikan taman-taman kotanya. “Kemudian untuk para masyarakat yang berkunjung, saya harap bisa lebih menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan,” tutupnya.

Begitulah jawaban Nuraida saat ku tanya dari apa yang ada di kepalaku. Dapat aku simpulkan bahwa satu di antara ramainya pengunjung, Nuraida, telah mengaku bahwa taman Untan ini memiliki kualitas yang baik. Tidak hanya dari bagaiaman konsep arsitekturnya. Namun, hal yang membuat taman ini diminati ialah taman ini memnyuguhkan fasilitas lengkap yang dekat dengan era ke kinian.
Selain segarnya udara yang dapat kita nikmati.

Alam di taman ini juga ramah. Tidak cukup itu, spot foto unik seperti catur raksasa, gerbang berlampu. bola-bola besar menjadi penarik minat remaja masa kini.

Sementara matahari mulai tenggelam, angin taman menderukan nyanyian sore. Aku harus pulang karena siang mulai usang. Berat rasanya meninggalkan taman ini, bukan hanya karena keindahannya, tentang Nuraida yang masih duduk sendiri di kursi itu dan belum juga beranjak pulang. Jelas aku khawatir, bagaimana mungkin aku meninggal seorang perempuan duduk di taman sendirian, sementara gelap kian bertambah hitam, pekat.

Imam Maksum - 2 April 2018

No comments:

Post a Comment

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib