Foto : Hariyadi / Pontianak Post |
SAMBAS – Ribuan meriam bambu tersusun di
tengah lapangan bola Desa Sijang Parit,
Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Masing-masing memiliki panjang sekira satu
meter. Meriam-meriam itu berdiameter seukuran mangkok. Meriam bambu atau yang
akrab disebut lagum oleh masyarakat Sambas inilah yang kelak memecah rekor
MURI.
Pagi itu, Minggu 28 Oktober 2018 matahari menilik dari balik
pepohonan. Air embun membasahi ribuan lagum
(meriam bambu) yang telah tersusun sejak tadi pagi. “Kami menyiapkan lagum
mulai dua hari lalu, pemuda-pemuda Sambas yang bekerja keras,” tutur Yuspiandi,
Korlap Daerah Festival Kirab Pemuda Sambas 2018.
Sebelum dilaksanakannya Kirab Pemuda di Desa Sijang, lembaga
pencatat rekor, Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) menawarkan kepada masyarakat Sambas untuk mebuat rekor baru.
Adalah rekor meriam bambu terbanyak se-Indonesia bahkan dunia.
“Kemudian kami ditawarkan oleh MURI apakah pemuda di Desa Sijang ,
khususnya daerah perbatasan ini, mampu memecahkan rekor MURI,” ucap Yuspiandi
menirukan informasi yang disampaikan oleh MURI. Sebelumnya, kata laki-laki berkulit
sawo matang itu bahwa mereka sukses melaksanakan kegiatan bakti sosial beberapa
minggu lalu.
Mendengar kabar itu Yuspiandi berkoordinasi dengan aparatur
pemerintahan dan seluruh pemuda di Kabupaten Sambas. “Akhirnya kami sepakat
untuk menampilkan meriam bambu (lagum). Awalnya kami ditawari sebanyak 2 ribu
meriam bambu. Namun inisiatif dari kami untuk menambah menjadi 2 ribu delapan
belas ruas meriam bambu,” ucap Yuspiandi.
Yuspiandi mengatakan lagum dipilih sebagai instrumen dalam Kirab
Pemuda bukan tanpa alasan. Kata Yus, panggilan akrabnya , lagum memiliki nilai
historis. “Nenek moyang kami dulu menggunakan lagum ini untuk mengusir binatang
buas. Binatang yang sering masuk ke pemukiman warga dan menggangu perkebunan
warga,” tutur Yuspiandi bercerita. Mata pria itu sesekali mencoba
mengingat-ingat kenangan di kepalanya.
Alasan lain yang diungkapkan Yuspiandi bahwa lagum juga identik
dengan bulan Ramadan. “Permainan tradisional inilah alat untuk saling
mengingatkan waktu sahur pada bulan puasa,” kata Yuspiandi menambahkan.
Sementara matahari kian meninggi, cuaca cerah berawan. Terik
matahari sangat terasa pagi itu di lapangan bola Desa Sijang Parit. Para
peserta berdatangan, mulai dari pelajar SD, SMP, dan SMA. Mereka rata-rata mengenakan
baju pramuka. Sebagian menggunakan batik. Separuhnya dengan kostum olahraga.
Beberapa rombongan di antara mereka menggunakan atribut drumband.
Lengkap dengan alatnya.
Ada juga pemuda yang menggunakan kostum ala komunitas dan peguyuban.
Seperti perkumpulan silat dan lain sebagainya. Jumlah mereka puluhan. Laki-laki
dan wanita semuanya menyemut di tengah lapangan.
Upacara Sumpah Pemuda dan Ribuan Meriam Bambu
Upacara peringatan hari Sumpah Pemuda dimulai. Ketika itu, Asisten
Deputi Bidang Kepemudaan Kemenpora, Junaidi, telah berada di steect
tamu. Dia didampingi oleh Senior Manager MURI dan Aparatur Desa Sijang serta beberapa
tamu lainnya.
Upacara berlangsung khidmat hingga selesai. Junaidi selaku pembina
upacara Peringatan 90 Tahun Sumpah Pemuda mengapresiasi atas terselenggaranya
acara yang bersamaan dengan Kirab Pemuda 2018.
“Pemuda maju, olahraga jaya, siapa kita? Indonesia, NKRI harga
mati,” begitulah slogan yang diucapkan Junaidi ketika membuka amanat upacara.
Dia mengajak kepada seluruh peserta upacara untuk menggaungkan narasi tersebut
sebagai bentuk nasionalisme kepada Indonesia.
Selesai upacara Junaidi yang mengenakan kemeja putih bertuliskan
Kemenpora itu penasaran untuk turut menyalakan meriam bambu. Dia didampingi
Staf Ahli Bupati Sambas, I Ketut Sukarja dan bebera panitia untuk menyalakan
meriam dari bambu itu.
Ranting kayu dengan api diujung sudah dinyalakan. Junaidi
bersiap-siap mengarahkan api ke lubang yang berisi bensin pada meriam bambu.
Seketika bunyi ledakan meletup.Wajah senang bercampur lega tidak dapat ia
sembunyikan. Ia merasakan sensasi bermain legum di daerah yang khas dengan suku
melayu tersebut.
“Saya kira pemuda dan seluruh masyarakat Desa Sijang ini antusias
dengan kegian Kirab Pemuda ini. Pada waktu yang sama kita juga melaksanakan
upacara peringan hari sumpah pemuda,” tutur Junaidi yang dikerumuni awak media
di tengah lapangan.
Dia mengapresiasi para pemuda yang telah mempersiapkan kegiatan dan
berani menampilkan ribuan lagum serta kesenian lain. “Pemuda sebagai kader
bangsa harus mempunyai takad untuk maju, dan saya mengapresiasi pemuda
Kecamatan Galing ini,” kata Junaidi kepada rekan-rekan media. Sementara sinar
surya kian terik.
Rekor MURI yang dikaitkan dengan Kirab Pemuda merupakan kali kedua.
Kabupaten Sambas salah satu mencatat kesempatan itu. “Saya kira memecah rekor
MURI memainkan lagum terbanyak ini merupakan hal yang sangat luar biasa. Karena
saya yakin untuk mempersiapkan kegiatan ini tak semudah membalikkan telapak
tangan,” tutur Junaidi.
Siswa antusias dengan lagum
Sembari menunggu keputusan sidang rekor MURI, para peserta masih
asyik memainkan lagum siang itu. Meskipun cuaca semakin menyengat, hal tersebut
tidak menyurutkan semangat peserta. Mereka yang didominasi kalangan pelajar
antusias. Tak kenal peluh.
Salah satu peserta itu bernama Nurhaliza. Siswi kelas 10 IPS SMAN 1
Galing. Dia mengaku senang dengan kegiatan Kirab Pemuda yang terselenggara di
Desanya. “Bisa menambah wawasan, menambah teman dan banyak kenalan, intinye
suke lah,” ucap siswi berkerudung itu.
Senada dengan yang dikatakan Nurhaliza, siswi lain yaitu Sapadiah
pun mengaku senang. Kegiatan Kirab Pemuda membuatnya mengenal kembali
kebudayaan lokal. “Senang, bise balajar lagi tentang kesenian maupun permainan
tradisional,” tutur murid yang tengah duduk di bangku kelas 9 SMP tersebut.
Lagum Sambas resmi ledakkan rekor
Matahari hampir tepat di atas kepala, sidang keputusan rekor MURI
berlangsung. Di atas panggung berukuran sekira 6 x 6 meter itu telah berdiri
beberapa pejabat dan tamu penting. Di antaranya, Awan Raharjo, Senior Manager
MURI . Dialah yang akan membacakan keputusan pemecahan rekor MURI meriam bambu
terbanyak se-Dunia.
Awan Raharjo membaca sidang keputusan. Pengesahan dengan pemberian
sertifikat rekor MURI diiringi suara tepuk tangan menyambut torehan yang
membanggakan Desa Sijang. Banyak peserta yang menyaksikan sidang keputusan.
Mereka yang masih tetap berdiri di bawah terik matahari siang itu.
Awan Raharjo mengatakan MURI adalah lembaga pencatat rekor yang
mengapresiasi peristiwa-peristiwa superlatif yang dibuat oleh putra-putri
kebanggaan Indonesia. Dia mengaku bahwa hari itu menjadi momentum yang sangat
spesial bagi MURI. “Karena rekor ini sekaligus memecahkan rekor sebelumnya di
tahun 2017 . Yaitu di Kabupaten Pasaman Sumatera Barat dengan menampikan
sebanyak 1821 meriam bambu,” kata Awan Raharjo sembari melihat kertas berisi
catatan ditangannya.
Menurut penuturan Awan Raharjo, pihaknya telah memverifikasi rekor
ini dengan memperhatikan kriteria. “Ini masuk ke kreteria superlatif, yaitu bentuk
kegiatan terbanyak, terbesar ataupun durasi waktu yang tercepat,” kata Awan
Raharjo.
Pemuda ujung tombak kemajuan
Sementara, Staf Ahli Bupati Sambas, I Ketut Sukarja mengatakan
pemerintah Kabupaten Sambas terus berupaya mendorong kemajuan pemuda perbatasan
yang ada di Sambas. “Bagaimana pun pemuda adalah ujung tombak negara menjadi
regenerasi yang akan memimpin bangsa,” tutur I Ketut Sukarja.
I Ketut Sukarja berharap dengan melihat antusias dan semangat
masyarakat, pemuda dapat menjadi modal untuk membangun kabupaten Sambas
khususnya di Kecamatan Galing. “Kita yakin masyarakat mempunyai kesan yang kuat
untuk membangun dan memaknai kemerdekaan Indonesia,” tambah pria berperawakan
tinggi itu.
Sudah banyak prestasi yang ditorehkan oleh pemerintah Kabupaten
Sambas. Contohnya pertengahan Agustus lalu, rekor MURI pengibaran bendera
terbanyak di daerah perbatasan berhasil diraih. Tepatnya pada momen peringatan
Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-73.
Pekerjaan rumah pemerintah Kabupaten Sambas adalah menjaga nama
baik prestasi yang telah terukir itu. Jangan sampai prestasi tersebut tercoreng
hanya karena kelakuan oknum masyarakat secara umum, aparatur maupun pemudanya..
Sejalan dengan itu I Ketut Sukarja menyampaikan harapan besarnya.
Menghadapi kemajuan teknologi yang kian tak terbendung ini dia berharap pemuda
dapat bersikap selektif menyaring informasi. “Hal yang dapat merusak dan
menghancurkan negara di era sekarang ini salah satunya hoaks. Pemuda khususnya
dituntut untuk lebih teliti, dan mampu memilah berita yang tersebar,” harapnya.
Belum lagi, momentum pemilihan presiden yang tersisa beberapa bulan
lagi. I Ketut Sukarja menghimbau kepada seluruh pemuda Samabas untuk tidak
mudah terprovokasi oleh ujaran kebencian (hatespeach) yang sering ditemui di
media sosial.
Tidak henti-hentinya, Festival Kirab Pemuda hari itu menggaungkan
narasi pemuda maju, pemuda bersatu. Karena bagaimana pun kita sepakat bahwa
pemuda adalah ujung tombak perubahan.
Reporter : Imam Maksum
Promo www.Fanspoker.com :
ReplyDelete- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup
|| WA : +855964283802 || LINE : +855964283802 ||