Full width home advertisement

Travel the world

Climb the mountains

Post Page Advertisement [Top]









Add caption
Almamater biru tampak rapi terpasang dibadan kami. Tanpa berlama-lama lagi kami berenam langsung beranjak dari tempat penginapan kami. pagi ini kami melakukan sosialisasi ke rt 2 rw 4 desa nusapati,. Dusun yang hendak kami tuju ini tidak jauh dari tempat penginapan kami. seperti hari hari sebelumnya, hari ini kami menuju dusun tersebut dengan jalan kaki.
Kami melewati jalan semen yang menjadi jalan utama masyarakat di dusun ini. rumah rumah warga jaraknya berdempetan. Berjalan menoleh kekanan dan kekiri  mencari rumah yang ingin dihampiri. Mata kami tertuju pada satu rumah yang berbeda dengan  yang lainnya. Ukuran nya lebih kecil dari rumah disamping nya, rumah itu berdinding papan dan beratapkan daun, Bangunannya juga tampak tidak tegap lagi. Pintu rumah itu terbuka  sehingga kami yakin pasti ada orang didalamnya. Tanpa banyak berpikir lagi, kami langsung menuju  rumah itu.
“Assalamualikum.....” salam kami dari depan pintu rumah itu. “Waalikum salam “ terdengar suara jawaban salam yang berasal dari dalam rumah itu. aku melihat kearah jendela kamar yang  sedikit terbuka, tampak seorang kakek kakek yang merebahkan tubuhnya untuk berdiri. Kakek kakek itu sepertinya kesulitan untuk berdiri, sehingga aku merasa kedatangan kami hanya mengganggu kakek itu yang mungkin sedang beristirahat.  Tak lama kemudian kakek itu keluar dari dalam kamarnya ,kakek itu tampak sangat sulit mengimbangi tubuhnya ketika melangkah. Tidak ada baju yang tampak melekat dibadannya, hanya kain sarung yang kakek itu kenakan. Mungkin karena beliau kepanasan karena cuaca hari ini yang agak panas.  Dengan senyuman  yang teraut dari wajahnya beliau mempersilahkan kami masuk. Lalu kami pun melepas sepatu dan masuk kedalam rumah kakek itu.
Kami menikmati  suasana damai dari dalam rumah itu. Kami duduk lesehan dilantai yang beralaskan papan. Tidak tampak kursi sofa atau pun kursi-kursi kayu jati yang biasanya tersusun rapi seperti rumah rumah orang-orang biasanya. Yang tampak hanya lemari kayu tua di pojokan  yang mungkin umurnya sudah puluhan tahun dan sudah tidak layak dipakai lagi.
Dalam rumahnya  itu hanya ada beliau sendiri, ketika itu istrinya sedang  bekerja disawah sejak tadi pagi. kakek itu bernama bujang, usianya 68 tahun. Melihat kondisinya yang sangat memprihatinkan kami mencoba untuk menanyakan lebih dekat tentang kehidupannya. Kakek bujang telah menderita sakit sejak dua tahun yang lalu. Sehingga sekarang beliau tidak mampu lagi bergerak seperti dahulu ketika masih sehat. Badannya terasa lumpuh, tulangnya terasa nyilu apabila dibawa berdiri. Sehingga beliau sekarang tidak dapat bekerja sepaerti dulu lagi. beliau  banyak menghabiskan waktu tua hanya di dalam rumah saja. Beruntung beliau mempunyai sosok istri yang tangguh seprti nenek jainah. Nenek jainah adalah wanita yang menjadi teman hidupnya untuk pertama dan tak akan pernah tergantikan sampai akhir hayat mereka. Untuk menghidupi kehidupan mereka berdua nenek jainah lah yang mencari nafkah selama dua tahun silam ini. kami terharu mendengar cerita kehidupan kakek bujang yang sangat menyentuh hati kami. kami bisa mengambil pelajaran dari cerita nya itu. Dan kami juga bisa belajar bersyukur kepada Allah, kami menyadari bahwa banyak orang yang susah dari pada kami. Dan kami selalu mengingat bahwa kehidupan itu berputar. Kadang kita diatas dan kadang juga bisa dibawah. Tidak selamanya orang kaya akan kaya dan tidak akan selamanya orang miskin akan tetap miskin. Dan yang paling utama untuk diingat bahwa semua takdir ada pada Allah SWT.
matahari  mulai menyalakan panasnya, jam akan terus berputar tanpa berhenti satu detik pun. Terdengar suara gaduh perempuan dari luar rumah. Kami tetap menyimak apa yang di bicarakan kakek bujang sembari sambil menoleh-nolehkan pandangan ke arahr pintu. Tak lama kemudian datanglah nenek  yang tua renta berjalan sambil melontarkan senyuman kepada kami. perlahan di merebahkan diri untuk naik kedalam rumah. Dan ternyata itu adalah nenek Jainah istri kakek Bujang yang baru pulang dari sawah. Keringatnya masih bercucuran dari kulitnya, tampak hengas hengas mengelus nafas karena lelah yang belum hilang usai dari sawah. Kami pun besalaman dan mencium tangan nenek jainah. Nenek jainah duduk tepat di depan ku, dan beliau seolah-olah tau maksud kedatangan kami kerumahnya itu untuk menanyakan kehidupan keluarganya. Tanpa kami ertanya terlebih dahulu nenek jainah langsung menceritakan kehidupan mereka.
Ini lah kehidupan nenek yang lain dari pada yang lain. Rumah nenek dulunya disana dekat pantai. Dulu ada bantuan inovasi rumah warga miskin, nama keluarga nenek terdaftar di dalam bantuan itu. Namun nama nenek diletakkan terakhir. Jadi rumah orang orang yang diurutan atas lah yang pertama direhab. Menunggu-menunggu dan menunggu, sampai sekarang rumah nenek belum juga mendapatkan bantuan itu. Ntah kenapa bantuan itu tidak kunjung datang ketangan nenek, nenek tak pernah tahu urusan orang diatas sana. Nenek hanya bisa bersabar, nenek yakin segala yang terjadi itu sudah menjadi takdir dari Allah SWt. Nenek yakin apa yang telah ditakdirkan Allah kepada nenek akan menjadi milik nenek tanpa bisa dimiliki oleh orang lain.
Bapak sakit sejak dua tahun yang lalu, jadi nenek lah yang menggantikannya mencari nafkah. Nenek biasanya mengambil upah ke sawah tetangga. itu pun tidak setiap hari, kadang kadang tiga hari sekali dalam seminggu, kadang kadang dua kali seminggu. Satu hari biasanya nenek di upah 20000. Jadi kalo dua hari itu 40000. Uang itu sebagian nenek belikan ke beras dan keperluan dapur. Dan sebagiannya nenek belikan ke obat untuk kakaek bujang yang biasanya sering pusing, lemah dan penyakit yang lain. Jadi tak ada sisa uang nenek yang bisa disisihkan untuk ditabung.
Anak nenek berjumlah empat orang , alhamdulillah semuanya sudah berumah tangga. Anak anak nenek tinggal nya diluar kota. Mereka juga biasanya main ketempat nenek seminggu sekali kadang kadang juga dua minggu sekali.
Kakek dan nenek tidak mau tinggal bersama anak nenek karena nenek takut nenek dan kakek hanya menyusahkan mereka. Dan anak anak kakek juga banyak memiliki keturunan jadi nenek takut dirumah itu penuh dan tidak cukup kamar.

No comments:

Post a Comment

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib