mengajar anak sd 12 desa Nusapati |
Bis kota pengangkut kelompok kami menurunkan gasnya dari
kecepatan rata-rata. Tampak didepan juga ada bus rombongan kelompok PBM lain yang sudah berhenti. Rombongan anak
muda tampak membirui tepi jalan raya dengan almamater kebanggaan mereka di siang itu. Dan ternyata kami telah sampai
di desa Nusapati, sopir bus pun sentak memarkirkan kendaraannya. Dengan
cepatnya kenet bus langsung memanjat keatas untuk menurunkan barang. Satu
persatu kami turun dari bis, sembari menghilangkan penat dan kebosanan selama
dalam perjalanan tadi. Tampak juga wajah –wajah lesu kawanku karena mabuk didalam bus tadi.
Barang barang dari atas bus satu-persatu diturunkan, kami
sebagi laki-laki lah yang membantu kenet menurunkan barang. Sebagai seorang
laki-laki yang kuat itu sudah menjadi tugas kami. Tidak akan mungkin kami
sampai membiarkan perempuan yang akan menurunkan dan mengemaskannya. Setelah
semua barang selesai diturunkan, bus pun menghidupkan kembali mesinnya dan
pergi beranjak meninggalkan kami .
Ini lah kali pertamaku menginjakkan kaki di desa Nusapati. Walaupun aku sering
melewati desa ini ketika aku pulang pergi singkawang pontianak semenjak aku
kuliah. Desa Nusapati terletak di Kecamatan Suingai Pinyuh kabupaten Mempawah. Kelompok
kami ditempatkan di Dusun 2 dan lokasi kami tidak berjauhan dengan kelompok 13
dan kelompok 16. Kami kelompok 14, posko penginapan kami di tempatkan di kontrakan
ketua Rt 03, tepatnya kontrakan Bu
Rosidah. Kontrakan itu berada tepat di belakang rumahnya. Pertamaku melihat
kontrakan itu, aku disuguhkan dengan tumpukan barang bekas yang mengililingi
rumah papan panjang dengan lima kamar
itu. Rumah itu beratapkan daun dan berlantai papan. Saat pertama kali aku
melihat kontrakan yang akan menjadi tempat bernafas kami selama satu pekan itu
aku menghelus nafas seolah tidak percaya akan semuanya. Aku merasa rumah dan
tumpukan barang bekas itu tidak pantas untuk kami diami. Tetapi aku sempat
berfikir sejenak dan menyadari bahwa banyak orang yang mampu mendiami rumah
seperti itu. Disinilah aku menyadari bahwa banyak orang yang lebih susah dari
pada aku. Dan pada saat itu juga aku bertekad
untuk mampu tinggal sana dalam mengemban tugas berbagi ilmu kepada
masyarakat dan berbakti kepada masyarakat disana.
Setelah beberapa hari disana aku sedikit mengetahui banyak
hal tentang desa Nusapati. Kebanyakan warga di Desa Nusapati berprofesi sebagai nelayan sebagai mata pencaharian utama mereka. Ada juga
sebagian yang bekerja di sawah dan sisanya berkebun, menjadi karyawan pabrik,
guru, pns dan buruh. Pendidikan di Desa Nusapati dapat dikatakan telah memadai,
karena kebanyakan anak-anak disana aktif bersekolah. Tetapi ada beberapa orang
yang aku temui tidak sekolah, padahal usia mereka belum pantas untuk bekerja. Satu
hal yang menjadi kekhawatiranku yaitu krisis moral anak-anak di Desa itu. Ketika
itu aku bertemu dengan seorang anak yang masih usia sekolah merokok dan bergaya
seperti gayanya anak-anak punk. Ketika itu aku merasa aku wajib menegurnya,
lalu aku pun bertanya kepada anak itu, “alaaa dek, ngape kau merokok,,?? Dengan
gampang nya bocah itu bilang “hah terserah kamek bang, mak kamek tadak marah,”
Aku merasa tidak perlu meneruskan teguran setelah dia menjawab segammpang itu. Aku
pun melanjutkan perjalanan ku dan tidak menghiraukannya lagi. Bukannya aku
menyerah menegur mereka, tetapi aku merasa degan jawaban seperti itu kita tidak
dihargai dan seolah-olah keegoisan nya itu sudah menjadi batu didalam hatinya.
Selepas magrib aku bersama mentor menuju penginapan kami.
Ditengah perjalanan kami melihat seorang anak yang masih usia sekolah duduk di
tepi jalan setapak yang kami lewati itu.
Setelah kami dekati ternyata dia sedang menghirup lem yang membuatnya mabuk dan setengah sadar. Aku bertanya kepadanya seolah-olah tidak tahu apa yg sedang dia
lakukan. “Dek sedang ngape kau duduk situ tuh?”. Dengan gaya mabok dan berdiri
degan gemulai dia menjawab, “biaselah bang ee anak muda”, dan sambil berjalan
mabuk perlahan pergi dari hadapan kami dengan memebawa lem nya itu. Dan disitulah
aku mengetahui ada beberapa anak yang mengalami krisis moral akibat pergaulan bebas.
Budaya gotong royong masih erat di kalangan masyarakat desa
Nusapati. Ini terlihat dari agenda bersih bersih kuburan yang kami laksanakan
disana. Ketika itu masyarakatnya kompak saling membantu dalam membersihkan
lingkungan kuburan di desa itu.
No comments:
Post a Comment